Tokoh-Tokoh Pendiri KGPM

Mohon maaf apabila foto pendiri/tokoh-tokoh KGPM yang lain tidak ada, di karenakan sumber yang di dapatkan hanya sedikit.

FHK edisi Juli 2012

Firman Hidup Dan Kerja

Sejarah KGPM

Tempat dilaksanakan ibadah pertama dari Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) Pada tanggal 29 Oktober 1933 di Kampung Wakan - MinSel.

Kerapan Gereja Protestan Minahasa

Jln. B.W. Lapian No.177 Kawangkoan

Yesus Kristus Dalam Kebangsaan, Kebangsaan Dalam Yesus Kristus

MEDIA UNTUK BERBAGI INFORMASI. KGPM SENTRUM KAWANGKOAN

Rabu, 30 Desember 2015

TUHAN ALLAH BERJALAN DI DEPAN

KHOTBAH AKHIR TAHUN (31 Desember 2015)
ULANGAN 1 : 19 – 33
Tema : TUHAN ALLAH BERJALAN DI DEPAN


Seiring dengan terus berpacunya sang waktu maka tinggal beberapa jam lagi lembaran thaun 2015 akan digulung. Apabila sejenak kita menoleh ke belakang kepada perjalanan hidup yang sudah kita lewati maka kita akan dapati bahwa berbagai peristiwa telah mewarnai perjalanan hidup kita de sepanjang tahun 2015. Ketika kita telah sampai 31 Desember tahun 2015 ini maka sadarlah kita bahwa semuanya ini bukan karena kuat dan hebatnya kita melainkan Karen anugerahNya oleh karena itu pujian serta syukur patutlah kita persembahkan kepada Tuhan sebab sekali lagi oleh karena kasih karuniaNya maka kita telah dapat melewati hari-hari kehidupan kita sepanjang tahun 2015 ini dengan berbagai peristiwa baik suka maupun duka, manis maupun pahit hingga saat ini.
Berbicara tentang pergumulan atau tantangan dalam pengembaraan hidup amak itu juga yang di alami oleh bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun. Dalam kitab Ulangan di kisahkan bahwa mereka telah memasuki tahun ke 40 dalam perjalanan mereka menuju  ke tanah Kanaan. Empat puluh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah perjalanan, tapi 40 tahun adalah waktu yang begitu lama dan sangat melelahkan. Selama 40 tahun mereka harus melintasi padang gurun itu, mulai dari tanah Mesir sampai ke Kanaan. Sebuah perjalanan yang tidak mudah karena di padang gurun hamper tidak akan kita jumpai tanaman, kecuali di tempat-tempat tertentu. Belum lagi perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam, serta banyaknya binatang buas yang berkeliaran di padang gurun situasi ini semakin menantang umat Allah. Pertanyannya ialah mengapa bangsa Israel begitu lama berada di padang gurun? Itu akibat dari ketidakpercayaan bangsa Israel sendiri sehingga Tuhan membiarkan mereka berputar-putar mengelilingi padang gurun tersebut selama 40 tahun. Sehingga generasi pertama dari bangsa itu tidak sempat masuk ke negeri Kanaan karena tidak ada lagi, kecuali Kaleb dan Yosua yang sempat memasuki Tanah Perjanjian.
Saudara-saudara berefleksi dari perjalanan bangsa Israel maka kitapun dapati bahwa perjalanan hidup ini disepanjang tahun 2015 terkadang juga harus mengalami seolah-olah sedang berada di padang gurun. Tetapi syukur kepada Tuhan sebab penyertaan Tuhan sempurna atas kita. Penyertaan Tuhan memungkinkan kita ada sebagaimana adanya sampai saat ini. Bertolak dari pengalaman hidup ini maka kita mengaminkan Firman Tuhan sebagai berikut: “Tuhan Allahmu yang berjalan di depanmu …….. (ay 30).
Kalau Tuhan berjalan di depan kita itu berarti Tuhan dalah pemimpin kita. Tuhanlah yang akan mengarahkan langkah-langkah kehidupan kita. Pengalaman hidup bangsa Israel ini menjdi bukti nyata betapa sempurna penyertaan Tuhan terhadap mereka. Namun meskipun berada di padang gurun selama bertahun-tahun bangsa Israel tetap berada dalam pemeliharaan Tuhan, sehingga mereka tidak kekurangan suatu apapun juga. Seringkali ketika permasalahan datang menerpa hidup ini kita bertanya: dimanakah Tuhan? Kita merasa Tuhan tidak mempedulikan kita dan membiarkan kita bergumul sendirian. Akibatnya kita menjadi lemah dan tak berdaya.
Ibarat sebuah bangunan, ‘rumah rohani’ kita hancur berkeping-keping dan tinggal puing-puing berserakan. Mengapa ini bisa terjadi? Mungkinkah karena kita kurang percaya kepada Tuhan. Oleh Karena itu mengakhiri tahun 2015 maka marilah kita bersyukur kepada Tuhan sambil menyerahkan kehidupan kita seutuhnya hanya kepada Tuhan untuk melangkah lagi di tahun 2016. Amin. .

Jumat, 25 Desember 2015

IDENTITAS SANG PUTRA NATAL

KHOTBAH NATAL KEDUA (26 Desember 2015)
YOHANES 1 : 29 – 34
Tema : IDENTITAS SANG PUTRA NATAL


Seorang sinterklas disebuah mal sangat terkejut ketika seorang wanita muda berumur sekitar dua puluh tahunan menghampirinya dan duduk dipangkuannya. Sinterklas biasanya tidak melayani permintaan orang dewasa, namun karena wanita itu tersenyum sangat manis kepadanya, jadi bertanyalah ia kepada wanita itu, “Apa yang kamu inginkan saat natal?”
“Sesuatu untuk ibuku”, kata wanita muda itu.
“Sesuatu … untuk … ibumu? Kamu baik sekali”, kata sinterklas sambil tersenyum. “Kamu ingin aku memberi ibumu apa?”. Sambil mengedipkan mata, ia menjawab, “Menantu!”.
Banyak harapan dan permintaan yang ada dalam benak pikiran kita pada saat merayakan Natal. Namun, pagi ini saya mau katakana bahwa harapan dan permintaan terpenting setiap kita pada perayaan Natal ini haruslah Yesus! Mengapa Yesus? Siapakah Yesus?
Dari pembacaan kita, Yohanes 1:29-34, pertama-tama kita mendapati identitas Yesus, yaitu Dia adalah Anak Domba Allah. Saudara-saudara yang diberkati Tuhan, siapakah yang dimaksud dengan “Anak Domba Allah?” dalam ayat 29 Yohanes berkata “lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Penggunaan istilah “domba” yang diterjemahkan dari teks Yunani amnos, dipakai dalam Perjanjian Baru hanya empat kali dan pengertiannya mengarah pada domba korban. Tampaknya konotasinya ialah “lihatlah domba kurban dari Allah” berkaitan dengan pemberitahuan yang mendahului tentang peristiwa yang akan terjadi dengan Yesus dan arti penting peristiwa golgot atau Calvari. Dalam kesaksian Yohanes mengenai penggenapan kurban itu oleh Yesus, dan dalam kesaksiannya tentang dikaruniakan oleh Roh Kudus, ia meletakan dasar untuk semua teologia praktika Kristen.
Maksud Yohanes adalah mengalihkan murid-muridnya dari dirinya sendiri dan mengarahkan mereka kepada Kristus. Ia telah menghidupkan kembali yudaisme dengan beritanya yang pedas tentang pengakuan dosa dan pertobatan. Sekarang dibutuhkan sesuatu yang lebih, suatu langkah maju ke arah pernyataan yang lebih lengkap dan ke dalam suatu pengalaman yang lebih penuh. Penggunaan frase “yang menghapus dosa dunia”, menjelaskan tentang Yesus sebagai korban dari Allah ditujukan untuk melenyapkan atau mengampuni dosa-dosa manusia. Penggunaan kata “dunia” dari teks Yunani kosmou, mengarah kepada segenap manusia sebagai ciptaan Allah yang telah menyandang perdikat berdosa, dalam pengertian semua insan cenderung berbuat dosa, sehingga tak satupun yang benar sebab semua telah kehilangan kemuliaan Allah. Kondisi manusia yang penuh dengan dosa inilah yang menggerakkan Allah mengutus Yesus sebagai Anak Domba untuk pengampunan dosa dan menganugerahkan keselamatan yang kekal.
Identitas kedua dari Sang Putra Natal adalah Anak Allah. Ya, Yesus adalah Anak Allah. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, siapakah yang dimaksud dengan “anak Allah? Dalam ayat 34 Yohanes membuat pernyataan iman, bahwa “… Ia inilah Anak Allah”. Dalam studi tata bahasa Yunani, frase ini ho huios tou Theou (Anak Allah) menggunakan genetif milik, yang memberi pengertian bahwa Yesus sebagai Anak tunggal Allah adalah milik atau kepunyaan Allah. Ungkapan huios tou Theou menyatakan bahwa Yesus memiliki sifat-sifat Allah. Hal ini didukung oleh beberapa fakta dari konteks Yohanes pasal 1. Pertama, Yohanes 1:1 menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Firman yaitu Allah yang kekal. Di bagian selanjutnya Dia dinyatakan sebagai Anak tunggal Allah yang menyatakan Allah kepada manusia dan dunia di dalam dan melalui diriNya (Yoh 1:18). Dia juga adalah eskenose, yaitu wujud kehadiran Allah seperti tabernakel yang berdiam di tengah-tengah umatNya (Yoh 1:14).
Saudara-saurada yang dikasihi Tuhan, sebagai tubuh Kristus sedah seharusnya kita hidup selaras dengan sifat-sifat Allah. Sebab walaupun berbeda dengan Kristus, kita juga adalah anak-anak Allah. Itulah sebabnya rasul Petrus berkata, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus didalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebutNya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Pet 1:14-19). Amin.

Kamis, 24 Desember 2015

TUJUAN YESUS DATANG KE DUNIA

KHOTBAH NATAL (25 Desember 2015)
YOHANES 1 : 14 – 18
Tema : TUJUAN YESUS DATANG KE DUNIA


Seorang yang sedang mabuk naik bus di Manado bertanya pada petugas soal lama perjalanan dari Manado ke Amurang, “Pak petugas, berapa lama perjalanan dari Manado ke Amurang?” “Sekitar satu jam setengah”, jawab petugas. “Kalau begitu, berapa lama perjalanan dari Amurang ke Manado?” Tanya orang mabuk itu lagi. “ Ya samalah, satu jam setengah,” jawab petugas itu kesal. “Ah masa bagitu?” kata orang mabuk itu. Lalu petugas itu bertanya kepada orang mabuk, “Apa yang membuatmu berpikir kalau perjalanan dari Manado ke Amurang dan dari Amurang ke Manado butuh waktu yang berbeda?” Orang mabuk itu menatapnya. “Hanya semingu dari hari Natal ke Tahun Baru, namun dari Tahun Baru ke hari Natal itu rasanya sangat lama sekali…, yak an?! Beda kan?!”
Jemaat yang dikasihi Tuhan, walaupun dari Natal tahun lalu hingga Natal tahun ini butuh waktu satu tahun tetapi waktu satu tahun itu serasa tak terasa. Kini kita kembali merayakan Natal dalam sukacita. Namun, mengapa harus ada Natal? Mengapa Yesus harus lahir ke dunia ini? Apa tujuan Yesus datang ke dunia ini?
Yohanes 1:14-17 memberikan jawabannya, yaitu untuk menyatakan kasih karunia dan kebenaran Allah. Cara yang ditempuh Allah untuk menyatakan kasih karunia dan kebenaranNya ini adalah dengan menjadi manusia (ay 14). Firman Tuhan, melalui rasul Yohanes, memberikan pernyataan yang sangat tegas dengan ungkapannya: “kai ho logos sarx egeneto” – secara herafiah diterjemahkan “dan firman itu telah menjadi daging” – untuk menegaskan bahwa Allah benar-benar telah menjadi manusia sejati! Namun, seperti yang dinyatakan oleh Edwin A. Blum, dalam Knowledge Bible Commentary, bahwa “Flesh’ in this verse means a human nature, not sinfulness or weakness”. Artinya, keberadaan dari kemanusiaan yang sejati dari Yesus Kristus itu tidak bersifat dosa dan sempurna adanya. Inilah yang membuat Yesus bisa menjadi manifestasi yang tak terlihat dari kehadiran Allah di tengah-tengah umatNya sebagai “God’s Shekinah glory”.
Dengan jalan menjadi manusia sejati itu dan turun ke dalam kehidupan sehari-hari, Yesus Kristus menyatakan Allah yang tidak kelihatan dan tak terbatas. kehadiranNya ini dinyatakan dengan kata “eskenosen”, yang berarti “mendirikan kemah”, dan menegaskan tentang kehadiran yang bersifat sementara tetapi bukan khayalan. Ini dibuktikan melalui kesaksian (marturei) Yohanes Pembaptis bahwa “Dia telah ada sebelum aku” (ay 15). Penggunaan kata “gegonen” dengan preposisi “empristhen”  menegaskan bahwa  Yesus Kristus bukan hanya lebih dulu ada tetapi dari segi tingkatan lebih tinggi dari Yohanes Pembaptis, bukan diciptakan dan dalam kelahiran fisik tetapi ada secara kekal. Konteks dekat ayat ini sangat mendukung kesimpulan ini sebab Yesus yang adalah Sang Firman itu adalah Allah yang kekal (Yoh 1:1).
Ini adalah sebuah tantangan bagi para Filsuf Yunani dan Rabbi Yahudi. Para Filsuf memahami bahwa yang ideal adalah yang tak kelihatan dan kekal, sehingga Firman yang menjadi daging, “human nature, not sinfulness or weakness is impossible”. Demikian juga, para Rabbi Yahudi menegaskan bahwa manusia tidak akan mingkin menjadi dewa atau Allah, sehingga merekapun tidak pernah membayangkan atau memikirkan bahwa Alah menjadi manusia. Tetapi inilah berita Natal itu, yaitu apa yang dianggap tidak mungkin dantidak pernah dipikirkan, itulah yang Allah sediakan!
APA YANG TIDAK MUNGKIN BAGI MANUSIA UNTUK BISA DIBENARKAN DAN MENIKMATI PERSEKUTUAN DENGAN ALLAH, ITULAH YANG DINYATAKAN DALAM KEDATANGAN TUHAN YESUS DALAM DUNIA INI. Mengapa? “Karena dari kepenuhanNya” yaitu “sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (ay 14) kita telah menerima kasih karunia yang baru (kharin anti kharitos – ay 16). Kasih karunia “hukum Taurat” melalui Musa tidak membuat manusia itu dibenarkan. Kasih karunia oleh Yesus membuat manusia menikmati kasih karunia dan kebenaran. Yesus datang untuk memberikan solusi bagi ketidakmampuan manusia berada dalam kondisi benar dihadapan Allah. Manusia punya beragam agama yang mengajarkan kebaikan. Tetapi semua agama manusia tidak dapat membuat manusia dibenarkan di hadapan Allah. Yesus dating menyatakan kasih karunia Allah, menjadi jalan manusia bisa dibenarkan, yaitu bukan melalui hukum Taurat melainkan melalui diriNya (Yoh 16:4).
Kedatangan Yesus ke dalam dunia dalam peristiwa natal perdana itu juga menyatakan natur Allah (ay 18). Hanya Allah yang sanggup menyatakan diriNya secara tepat dan benar. Semua nabi dan rasul tidak bisa menyatakan tentang natur Allah jika Allah sendiri tidak menyatakan diriNya kepada mereka. Yohanes 1:18 dengan tegas menyatakan bahwa “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah”.
Pernyataan ini memberitahukan tentang keunikan Yesus Kristus, yaitu Dia sebagai Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa. Itulah sebabnya Herman Bavinck, dalam bukunya yang berjudul Reformed Dogmatics, menegaskan bahwa “Jesus witness is considered divine, true, infallible” – kesaksian Yesus adalah kesaksian ilahi, benar dan sempurna. Hal ini didukung oleh data Perjanjian Baru, dimana Yesus adalah firman yang mengenal Bapa (Yoh 1:18; 17:6), saksi yang setia dan benar (Wahyu 1:5; 3:14; lihat juga Yes 55:4), Sang Amin di antaranya semua janji-janji Allah, yang adalah “ya” dan “amin” (Wahyu 3:14; 2 Kor 1:20). Tidak ada tipu daya (dolos) di bibirNya (1 Pet 2:22). Dia adalah Rasul dan Iman Besar yang kita akui (Ibr 3:1; 1 Tim 6:13). Dia tidak berbicara ek ton hidion, seperti Setan yang pembohong (Yoh 8:44), tetapi Allah berbicara melalui Dia (Ibr 1:2). Yesus diutus oleh Allah (Yoh 8:42) dan bersaksi hanya untuk apa yang telah Ia lihat dan dengar (Yoh 3:32). Dia menyatakan firman Allah (Yoh 3:34; 17:8) dan hanya menjadi saksi kebenaran (Yoh 5:33; 18:37). Untuk alas an bahwa kesaksiannya itu benar (Yoh 8:14; 14:6), dikonfirmasi oleh saksi dari Allah sendiri (Yoh 5:32; 37; 8:18).
Allah mengatasi segala yang berubah (Yak 1:17), mengatasi waktu (Wahyu 1:8; 22:13), mengatasi ruang (Kis 17:27-28), dan mengatasi segala ciptaan (Kis 17:24). Tidak ada yang mengenal Dia selain Anak Allah dan Roh Kudus (Mat 11:27; 1 Kor 2:11). Tetapi Allah menyebabkan kepenuhanNya diam dalam tubuh jasmaniah Kristus (Kol 2:9), tinggal dalam diri setiap orang percaya, menjadikan mereka Bait-Nya (1 Kor 3:16) dan membuat orang-orang yang taat akan firman dan mengasihi Allah sebagai tempat kediamanNya (Yoh 14:23). Karena itu, Natal kali ini harus mendorong kita untuk tampil sebagai anak-anak Allah yang menyatakan natur Allah dalam kehidupan secara kontinyu dan berkembang. Pernyataan tentang natur Allah dalam kedatangan Yesus ke dunia ini mengajarkan kita sebagai tubuhNya untuk menyatakan natur Allah yang kudus, benar, dan penuh kasih dalam kehidupan yang kudus, benar, dan penuh kasih. Amin.

Rabu, 23 Desember 2015

SIKAP YANG BENAR DALAM MERAYAKAN NATAL

KHOTBAH MALAM NATAL (24 Desember 2015)
MATIUS 2 : 1 – 12
Tema : SIKAP YANG BENAR DALAM MERAYAKAN NATAL


Desember tiba dan … Natal dimana-mana. Berbagai hisan alat terpajang di koridor-koridor dan sudut-sudut pusat perbelanjaan. Miniature pohon natal menghiasi sudut ruangan rumah-rumah. Lagu-lagu natal berkumandang dimana-mana menyejukkan jiwa. Berbagai acara digelar untuk menyemarakkan suasana. Ke gereja, makan-makan, baju baru, malam kudus, itulah hal-hal yang paling banyak diingat kal natal tiba. Tapi apakah kita tahu, natal itu mulainya seperti apa? Natal atau Christmas berasal dari kata Christes Maesse, bahasa Inggris kuno yang berarti Misa Kristus (mass of Christ). Kisah tentang natal lahir dari pemberitaan Matius dan Lukas dalam Alkitab Perjanjian Baru. Menurut kitab Lukas, seorang malaikat muncul di padang di Betlehem dan memberitakan kelahiran Yesus. Lalu Matius menulis tiga orang majus dari Timur mengikuti bintang yang menuntun pada Yesus.
Penyebutan 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Tuhan Yesus diperkirakan terjadi pada tahun 336 masehi dalam penanggalan Romawi kuno. Perayaan hari tersebut sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus kemungkinan dipengaruhi oleh festival penyembah berhala yang diadakan saat itu. Bangsa Romawi kuno juga mengadakan perayaan akhir tahun untuk menghormati Saturnus, dewa kesuburan dan Mithras, dewa terang. Berbagai bangsa Eropa Utara menggelar festival di pertengahan Desember untuk merayakan akhir musim panen. Sebagai bagian dari perayaan, masyarakat mempersiapkan makanan yang istimewa, menghias rumahnya dengan tumbuh-tumbuhan, menyanyi dan saling memberi hadiah. Cara ini lama kelamaan menjadi bagian dari perayaan natal. Popularitas natal berkembang hingga reformasi, yaitu gerakan keagamaan tahun 1500. Gerakan ini kemudian melahirkan paham Protestanism. Selama reformasi, banya orang Kristen mulai menganggap natal sebagai perayaan penyembahan berhala karena masuknya unsur non agama dalam perayaan tersebut. Natal kembali diijinkan dan di rayakan di Inggris dan beberapa koloni Inggris, di Amerika mulai tahun 1600. Kebiasaan lama pesta dan menghias rumah, akhirnya dimunculakan kembali dan dicampur dengan hal-hal yang lebih rohani dalam merayakannya.
Dalam hal ini, kita harus melakukan tindakan nyata dalam merespon pergeseran makna perayaan natal Yesus Kristus tersebut. Kita harus membangun sikap yang benar terhadap peristiwa yang sangat besar tersebut dalam pengelaman iman kita, yaitu: mensyukuri penggenapan nubuatan kelahiran Sang pembebas manusia dari semua jerat dosa dan maut, sebagaimana kesaksian firman Tuhan dalam Matius 2:1-12. Bagaimana caranya kita membangun sikap yang benar dalam pengalaman iman kita, khususnya merayakan peristiwa yang sangat besar, kelahiran Tuhan Yesus Kristus? Cara yang pertama adalah kita harus mempunyai motovasi yang tinggi (Matius 2:1-11). Motvasi orang-orang majus itu adalah untuk menyembahNya. Ada hal-hal yang tidak kita ketahui tentang orang-orang majus ini, yaitu: tidak diketahui dengan jelas dari mana datangnya orang-orang Majus ini. Kitab suci hanya mengatakan bahwa mereka datang ‘dari Timur’. Juga tidak diketahui berapa jumlah orang-orang Majus ini. Kitab suci tidak pernah mengatakan bahwa mereka berjumlah 3 orang. Persembahan mereka yang 3 macam, yaitu emas, kemenyan, dan mur, tidak membuktikan bahwa mereka ada 3 orang.
Perhatikan bahwa mereka bukan menyembah Maria, dan juga bukan Yesus dan Maria, tetapi hanya Yesus saja. Perlu kita ketahui bahwa dalam terjemahan King James Version kata-kata “orang-orang majus” diterjemahkan “wise man” (= orang-orang bijaksana). Mereka menyembah Yesus sekalipun mereka melihat seorang bayi yang lemah dan tak berdaya. Betul-betul membutuhkan iman yang luar biasa untuk mau menyembah seorang bayi seperti itu. Orang tua Yesus bukan bangsawan/raja, dan bayi itu ada didalam sebuah rumah (ay 11), bukan istana. Keadaan itu ternyata tidak menjadi halangan bagi orang-orang Majus itu untuk percaya bahwa bayi itu adalah Raja. Ini lagi-lagi menunjukkan iman yang luar biasa.
Mereka memberikan persembahan yaitu: emas, kemenyan, dan mur (ay 11). Penafsir menganggapemas sebagai persembahan untuk raja, kemenyan sebagai persembahan untuk Allah dan mur sebagai persembahan untuk manusia. Persembahan orang-orang Majus ini tentu memberikan barang-barang terbaik dari negeri mereka, sama seperti Yakub memberikan persembahan kepada penguasa Mesir barang-barang terbaik di Kanaan (Kej 43:11).
Motivasi orang-orang Majus itu, hanya menyembahNya, tidak ada yang lain. Hal itu menunjukkan bahwa sikap yang benar harus dibangun dengan motivasi atau dorongan yang tinggi, dan itu tidak akan terjadi dengan sendirinya! Perlu kerja keras dan berhadaan dengan situasi yang sulit dan kompleks. Cara yang kedua adalah kita harus mempunyai ketaatan yang tinggi (Matius 2:12). Kepekaan orang-orang Majus itu adalah untuk terus mengikuti keinginan atau kehendak Tuhan. Taat pada keinginan Tuhan dan menyingkirkan semua prestasi yang mereka telah capai atau pujian dari orang-orang dunia, termasuk didalamnya Herodes, hanya untuk mengikuti kehendak Tuhan.
Mula-mula Tuhan memberi petunjuk melalui “bintang” (ay 2). Setelah ini mereka taati, lalu Tuhan memberi petunjuk melalui Firman Tuhan yang diberikan oleh imam-imam dan ahli-ahli Taurat (ay 5-6). Setelah mereka menaati petunjuk ini, lalu Tuhan memberikan petunjuk dengan bintang lagi (ay 9-10). Setelah mereka menaati lagi, maka Tuhan memberi petunjuk melalui mimpi (ay 12), dan mereka juga menaatinya. Dasar dari sebuah ketaatan adalah percaya, dan untuk menjadi orang yang taat dibituhkan sebuah “sikap hati yang tulus” untuk melakukan perintah. Ketaatan kepada Tuhan akan mendatangkan berkat bagi diri kita, baik untuk hari ini maupun untuk hari yang akan datang. Orang yang taat adalah orang yang memiliki kerendahan hati dan mau diajar. Allh memiliki standar untuk mengukur kehidupan rohani kita, dan Allah juga mempunyai metode untuk megukur kehidupan “rohani” umatNya, dan ukurannya bukan standar manusia, dan semua ukurannya ada didalam Alkitab. Jika kita mendengar atau belajar Firman Tuhan dan mentaatinya, maka Tuhan akan memberi tambahan pengetahuan tentang Firman Tuhan. Tetapi sebaliknya, jika kita belajar Firman Tuhan dan mengabaikannya, maka lambat atau cepat, Tuhan akan berhenti mengajarkan kebenaran kepada kita.
Akhirnya, kiranya warga KGPM dapat merayakan Natal Tuhan Yesus kristus 25 Desember 2015 dengan sikap yang benar, sehingga tahun-tahun berikutnya dan seterusnya tetap berada pada perkenanan anugerah Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.

Senin, 21 Desember 2015

KHOTBAH NATAL KOMISI PRIA KAUM BAPAK

KHOTBAH NATAL KOMISI PRIA KAUM BAPAK
MATIUS 2 : 13 – 15
Tema : MEMBANGUN KETULUSAN DAN KESETIAAN MELALUI PERAYAAN NATAL


Tuhan Yesus Kristus adalah penyataan keselamatan dari Allah, kepada manusia ciptaanNya. Penyataan keselamatan tersebut harus dimulai dari peristiwa Natal Yesus Kristus menjadi pembukaan yang ajaib untuk mencapai puncak karya keselamatan pada kematian dan kebangkitan Kristus. Sungguhpun peristiwa kelahiran Yesus telah diwarnai dengan konflik yang menyakitkan, seperti yang teralami yusuf dan Maria. Namun harus di akui bahwa dibalik semuanya ini ada rencana Allah yang sempurna bagi umat manusia. Jadi merupakan sebuah kewajaran jika orang Kristen pada masa kini mengalami banyak sekali tantangan. Seperti yang terjadi baru-baru ini dengan tantangan intoleran melalui pengusiran dan pembakaran tempat ibadah dari berbagai pihak yang tidak senang dengan kemajuan kekristenan di daerah Aceh. Artinya ada maksud Allah yang luar biasa mengenai kekristenan yang akan mendatangkan kebaikan bagi banyak orang.
Keberangkatan Yusuf ke Mesir oleh arahan malaikat Tuhan adalah dalam rangka menyelesaikan program penyelamatan Allah. Hal ini bukan berarti bahwa Allah tidak memiliki jalan lain demi program keselamatan itu. Tetapi lebih dari pada itu, bahwa ada maksud Allah yang besar terhadap Yusuf dan Maria. Maksud Allah tersebut adalah untuk memperlihatkan keteladanan Yusuf dan Maria yang sngat hebat dalam memikul tanggung jawab sebagai keluarga yang membesarkan Yesus. Sekaligus maksud Allah bahwa Allah tidak salah memilih dan meletakkan seseorang dalam rancangan keselamatan atas dunia. Beberapa hal yang dinyatakan Yusuf dan Maria dalam mewujudkan tanggung jawab mereka.
Pertama: Ketulusan Hati Yusuf dan Maria
Ketulusan hati Yusuf, terlihat pada penerimaan berita ilahi yang disampaikan malaikat Tuhan kepadanya dalam mimpi. Penerimaan ini bersifat tulus oleh karena tanpa sanggahan atau pertimbangan Yusuf sekecil apapun. Yusuf menerima apa adanya dengan hati yang tulus dan kemudian melakukannya. Banyak orang yang mempertimbangkan berkali-kali untuk menerima kebenaran ilahi. Kecendrungan manusia lebih cepat menerima “gossip” ketimbang menerima berita firman Tuhan. Bahkan ada yang tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu, ia telah menerima ajakan berbuat tidak benar. Perayaan Natal merupakan momentum untuk semakin peka dengan ajakan keselaman Tuhan.
Kedua: Ketaatan mutlak atas pesan ilahi
Ketaatan Yusuf sangat ditonjolkan dalam bagian ini, sebab “malam itu juga” Yusuf mengambil Maria dan bayi Yesus untuk pergi ke Mesir. Memang kondisi Mesir kala itu, sedang berada pada keadaan yang baik. (Mathew Hendry menyatakan bahwa Mesir sangat buruk bagi penyembahan berhala, kejahatan kepada umat Allah, tirani). Artinya Mesir merupakan tempat yang tepat untuk perlindungan bagi Yesus. Bahwa Allah tidak salah memberikan jalan bagi Yusuf. Itulah sebabnya Yusuf harus taat saja. Dan Yusuf telah melakukannya. Zaman sekarang ini merupakan zaman untuk kiranya lebih banyak berbuat daripada mendengar firman Allah saja. Sehingga perayaan natal merupakan dorongan untuk lebih lagi dalam berbuat, bukan saja menjadi moment bersekutu. Sebab ada orang yang merasakan kepuasan batin sesaat dengan mendengar firman Tuhan, dan menyalakan lilin natal, serta mendapatkan hadiah natal, tetapi mereka yang mendapatkan kepuasan demikian sangat miskin dengan pikiran dan kata serta tindakan untuk melaksanakan dengan pikiran dan kata serta tindakan untuk melaksanakan dengan taat firman Tuhan tersebut. Keyakinan kita bersama bahwa kebahagiaan akan terjadi jika orang melakukan firman Tuhan dan bukan hanya mendengarnya saja.
Perayaan natal adalah moment seorang suami, ayah, dan Komisi Pria Kaum Bapa dalam melayani Tuhan, sebagai media untuk menjadi berkat bagi dunia ini, yang sedang tenggelam oleh kejahatannya. Oleh karena itu marilah merayakan Natal Kristus, sebagai moment pelayanan kepada Allah, sambil mempertahankan kesetiaan dan ketaatan kita kepadaNya. Dan marilah merayakan natal dengan hati yang tulus. Tuhan memberkati! Amin.